Era Baru Menunggu
Katanya, ultrabook akan menjadi notebook mainstream di tahun depan. Mari kita terawang ramalan tersebut melalui Acer Aspire S3, ultrabook pertama yang hadir di Indonesia.
“Impian yang jadi kenyataan”
Demikianlah kalimat yang menutup sebuah artikel di InfoKomputer edisi Juni 2009. Artikel itu sendiri membahas soal Acer Timeline, notebook fenomenal dari Acer. Kami menyebutnya fenomenal karena ia menawarkan konsep baru yang disebut notebook thin-and-light.
Sebenarnya, sudah ada beberapa notebook tipis dan ringan sebelum Acer Timeline. Namun yang membuat notebook ini berbeda, harganya cuma Rp.7 jutaan—sangat terjangkau dibanding notebook tipis yang telah lebih dulu beredar. Jadi sudah tipis, ringan, harganya pun terjangkau. Seperti mimpi yang jadi kenyataan kan?
Namun seiring berjalannya waktu, konsep notebook thinand-light ternyata tidak pernah menemukan momentumnya. Ada banyak penyebabnya. Namun hal utama yang mengganjal kepopuleran notebook tipis ini adalah performanya yang jauh di bawah notebook “biasa”. Momentum semakin menjauh ketika iPad generasi pertama hadir dan menimbulkan gelombang tablet yang menenggelamkan konsep notebook thin-and-light.
Meski meredup, konsep tersebut ternyata tidak mati. Intel sebagai motor di balik notebook thin-and-light langsung beradaptasi dengan menghadirkan konsep baru bernama ultrabook. Sepintas, konsep ultrabook ini mirip seperti notebook thin-and-light: tipis, ringan, dengan harga terjangkau. Namun Intel mencoba meramu konsep lama itu dengan kelebihan tablet, yaitu responsivitas serta dapat menyala seharian. Artinya, ultrabook akan mewarisi semua kelebihan tablet dengan tetap menawarkan produktif ala notebook.
Benarkah? Karena itulah kami menguji Acer Aspire S3.
Kenalkan: Ultrabook
Sebenarnya ada beberapa ultrabook yang siap beredar di pasaran, namun adalah Acer yang pertama menghadirkan ultrabook di Indonesia. Menariknya, peluncuran ultrabook bernama Aspire S3 di Indonesia berlangsung bersamaan dengan acara serupa di tanah “kelahiran” Acer di Taiwan. Apakah karena orang Indonesia senang dengan yang tipis-tipis?
Mungkin. Namun menurut kami, Acer Aspire S3 memang memiliki bentuk fisik yang aduhai. Ketebalannya cuma 13 mm, dan makin terlihat tipis karena Acer merancang Aspire S3 dengan desain melengkung di pinggiran sisinya. Dari sisi material, notebook ini menggunakan bahan brushed aluminium yang berkelas—meski terbatas di bagian punggung layar. Sisi dalamnya agak turun kelas karena menggunakan bahan plastik, namun tetap membuat notebook ini terlihat berkelas.
Saking tipisnya, kami penasaran dengan durability notebook ini. Kami pun mencoba menekan punggung layar untuk melihat kemampuannya. Ternyata, tekanan agak keras membuat gelombang di layar, menunjukkan terganggunya pixel di layar LCD 13,3 inci tersebut. Jadi dalam hal durability, notebook ini mendapat nilai 7 dari skor maksimal 10.
Bagaimana soal penggunaan? Yang membuat kami terkesan adalah bobotnya yang cuma 1,4 kg—sangat ramah bagi punggung kami yang sering membawa notebook bepergian. Meski tipis, notebook ini juga mampu menjaga temperatur di sekitar area keyboard dan sandaran tangan, sehingga kami tidak merasa terganggu meski mengoperasikannya seharian.
Dalam hal keyboard, ada beberapa keluhan yang harus kami ungkapkan. Yang pertama adalah kedalaman tiap tombol yang terasa dangkal, sehingga menghasilkan tolakan yang kurang natural. Kami juga mendapati tombol navigasi yang terlalu kecil (sekitar 1x0,7 cm); jauh berbeda dengan tombol lain yang berukuran 1,5x1,5 cm.
Di sisi touchpad, notebook ini menawarkan area yang luas, meski sayangnya kurang sensitif merespon gerakan jari kami. Untungnya janji touchpad yang mendukung multitouch terbukti, termasuk geseran dua jari untuk scroll layar ke atas-bawah. Meski tidak memiliki tombol yang nyata, seluruh area touchpad bisa digunakan untuk klik kiri maupun klik kanan.
Aspire S3 memiliki ukuran layar 13,3 inci dengan resolusi 1366x768 pixel. Ketajaman dan warna yang dihasilkan terbilang bagus, meski layarnya agak nyata memantulkan sinar. Alhasil, Anda tidak bisa menggunakan notebook ini di luar ruangan. Untuk suara, notebook ini mengadopsi Dolby Home Theater yang cukup renyah menghadirkan suara Ayu Ting Ting yang sedang mencari pacarnya yang hilang.
Tipisnya notebook ini ternyata menyisakan persoalan dalam hal fasilitas. Karena sisi kiri dan kanan notebook tidak cukup tebal, seluruh konektor Aspire S3 berada di sisi belakang; kecuali slot memori. Itu pun hanya sedikit: 2 port USB 2.0 dan 1 port HDMI. Tidak ada konektor Ethernet, sehingga kita harus mengandalkan WiFi. Tidak ada juga port VGA, sehingga untuk melakukan presentasi, Anda harus membeli konektor HDMI-to-VGA. Juga, tidak ada DVD Writer atau perangkat optik lainnya.
Performa Mengejutkan
Seperti telah kami sebut di atas, masalah yang mengganjal notebook thin-and-light di masa lalu adalah soal performa. Prosesor yang digunakan saat itu memiliki performa antara Atom dan Core 2 Duo, yang menurut banyak orang kurang memadai untuk kegiatan komputasi sehari-hari. Karena itulah menarik untuk melihat apa yang ditawarkan Acer (atau lebih tepatnya Intel) di dalam ultrabook ini.
Aspire S3 menggunakan Intel Core i5-2467M, prosesor yang memiliki 2 inti dengan kecepatan 1,6 GHz. Prosesor ini mendukung Hyper-Threading, sehingga di atas kertas memiliki 4 “mesin” untuk memproses data. Jika salah satu inti tidak digunakan, prosesor ini bisa mengeluarkan kemampuan Turbo yang akan meng-overclock dirinya sendiri secara otomatis ke kecepatan 2,3 GHz.
Untuk mewujudkan daya tahan baterai yang panjang, ultrabook harus menggunakan prosesor hemat daya. Karena itulah Intel Core i5-2467M memiliki TDP maksimal 17 watt; jauh di bawah prosesor standar yang memiliki TDP 35 watt. Dengan TDP lebih rendah, prosesor ini (secara teori) akan mengkonsumsi daya lebih irit yang berarti dapat bertahan lebih lama saat bekerja dalam mode baterai.
Sayangnya, pengujian kami menunjukkan hasil yang berbeda. Ketika kami gunakan memutar video HD secara terus-menerus, notebook ini hanya bertahan 2 jam lebih. Ketika kami gunakan untuk menampilkan teks bergerak, catatan waktunya 4 jam 45 menit. Meski tidak buruk, catatan waktuini tidak berbeda jauh dengan notebook berbasis prosesor “biasa”. Dalam tabel hasil pengujian, kami membandingkan kinerja Aspire S3 dengan Zyrex Cruiser WT4823D yang menggunakan Core i3-2310M (prosesor terendah dari keluarga Core i3). Bisa Anda lihat, hasil keduanya terbilang setara.
Jika ditelusuri lebih lanjut, performa kedua prosesor ini juga terbilang setara. Bahkan padadi beberapa pengujian seperti encoding audio dan game, Core i5-2467M terlihat unggul. Hal ini disebabkan keberadaan fasilitas Turbo yang memacu prosesor jika mendeteksi adanya satu inti yang tidak digunakan—kondisi tipikal pada aplikasi encoding video dan game.
Berkaca dari hasil tersebut, masalah performa seharusnya tidak menjadi masalah di ultrabook. Hal ini pun sejalan dengan pengalaman kami mengoperasikan Aspire S3 untuk kegiatan sehari-hari. Menonton YouTube, memainkan game Facebook, atau memutar video Full-HD terasa mulus di notebook ini.
Janji sistem yang responsif juga terbukti. Untuk booting, Windows 7 langsung bisa digunakan dalam tempo kurang dari 1 menit. Untuk bangun dari kondisi Sleep, hanya dibutuhkan waktu 2-3 detik. Jika terbiasa dengan notebook yang lelet hanya untuk “bangun”, Anda akan sangat menyukai responsifitas notebook ini.
Kesimpulan: Awal yang Mantap
Jika melihat roadmap Intel, masa depan ada di ultrabook. Intel bahkan menargetkan, di akhir tahun 2012 nanti 80% notebook akan berformat ultrabook. Proses transformasi akan semakin cepat ketika Intel meluncurkan Ivy Bridge dan Haswell, prosesor generasi berikutnya yang menjanjikan penghematan daya.
Jadi jika ultrabook diibaratkan lari marathon, Acer Aspire S3 adalah langkah pertamanya. Dan sebagai langkah pembuka, notebook ini terbilang menjanjikan. Desain keren, bobot ringan, serta memiliki performa bagus. Yang lebih istimewa, notebook ini dibandrol dengan harga relatif terjangkau, yaitu Rp.7,9 juta. Konsumsi dayanya memang tidak sesuai harapan, namun waktu 4 jam yang tersedia untuk komputasi standar tetap terbilang memuaskan.
Kami masih harus menunggu produk lain (seperti Asus UX-31, Lenovo IdeaPad U300s, atau Toshiba Portege Z830) untuk berkomentar lebih jauh soal ultrabook. Namun jika performa dan harga ultrabook tersebut sama atau bahkan lebih baik dari Acer Aspire S3, sepertinya kami harus menutup artikel ini dengan kalimat yang sama seperti 2 tahun lalu: ultrabook adalah impian yang jadi kenyataan.
(Wisnu Nugroho)
(Wisnu Nugroho)
Hasil Uji
Sebagai ultrabook, performa Acer Aspire S3 setara dengan notebook berbasis Core i3-2310M; prosesor paling rendah di kasta Core i3. Bahkan berbekal teknologi Turbo Boost, Aspire S3 terlihat unggul di beberapa pengujian. Akan tetapi, durasi lama yang dijanjikan ultrabook tidak terlihat di sini.
Pengujian | Acer Aspire S3(Core i3-2567M, memori DDR3-8500, 4GB, VGA Intel HD 3000, 13,3 inci) | Zyrex Cruiser WT4823D(Intel Core i3-2310M, memori DDR3-8500 4GB, VGA Intel HD 3000, baterai 48Wh, 14 inci) |
Sysmark 2007 | 142 | 134 |
PCMark Vantage | 5096 | 4581 |
Cinebench R11.5 | 1,94 | 1,49 |
3DMark Vantage | P1389 | P1545 |
Stalker (Day) | 11,4 fps | 11,7 fps |
Encoding video | 11 menit 78 detik | 14 menit 55 detik |
Encoding audio | 1 menit 40 detik | 1 menit 46 detik |
Daya Tahan Baterai | ||
Memutar HD Video | 2 jam 7 menit | 2 jam 6 menit |
Battery Eater (Text) | 4 jam 45 menit | 5 jam 4 menit |
Spesifikasi Acer Aspire S3
Layar | 13,3 inci, 1366x768 pixel |
Prosesor | Intel Core i5-2567M (dua inti (HT), 1,6GHz, 3MB L2 cache) |
Memori | 4GB DDR3-8500 4GB |
Chipset | Intel UM67 |
Kartu Grafis | Intel HD Graphic HD3000 |
Kartu suara | Realtek ALC269 |
Harddisk | 320GB, SATA-II, 5400rpm, Hitachi |
Optical drive | Tidak ada |
Fasilitas | WiFi 802.11 b/g/n, Bluetooth, HDMI, USB 2.0 (2x), webcam, card reader |
Sistem Operasi | Windows 7 Home Premium 64-bit |
Baterai | Tidak diketahui |
Dimensi | 32,3x21,9x1,8 cm |
Bobot | 1,37 kg |
Garansi | 1 tahun |
Situs Web | |
Harga kisaran* | Rp. 7,9 juta |
*Acer Indonesia, (021) 2650-7777
Langsing Agar Anda mudah membayangkan ketipisannya, Acer Aspire S3 kira-kira sama seperti tumpukan dua majalah.
Luas Touchpad ini memiliki area yang luas, bahkan tanpa batas tombol yang nyata. Telah mendukung multi-touch, namun kurang responsif menangkap gerakan jari.
MinimBeginilah kesederhanaan pilihan koneksi di Aspire S3. Selain slot memori di samping, konektor lain yaitu HDMI dan USB, diletakkan di bagian belakang.
Plus : Desain tipis; ringan; kinerja bagus; harga terjangkau.
Minus : Tanpa Ethernet dan VGA; keyboard kurang nyaman.
0 komentar:
Posting Komentar
Pergunakan form komentar dibawah dengan bijak,berkomentarlah yang sopan dan laporkan bila ada link yang rusak,agar Admin bisa memperbaikinya pelan -pelan.Dan jangan cuman baca / download,berkomentarlah ! agar penulis di blog ini tetap semangat untuk posting.. :D
Tankyu..!